Selamat datang di blog kami. Kami kelompok yang didominasi para ibu rumah tangga yang berkeinginan untuk maju dan berkarya, blog ini adalah tempat kami untuk menunjukkan pada dunia bahwa kami ada, kami eksis dalam bisnis dan kami ingin terus melangkah ke depan. Demi mencetak generasi penerus yang tangguh, mandiri dan terus berkembang hingga mampu bersaing positif dalam skala Nasional dan dunia Internasional.

Kontak dan Informasi

Untuk informasi hub. kami di KH. Khamdani no. 14 RT.01, RW. 01 Desa Siwalanpanji, Kecamatan Buduran – Sidoarjo. Telp. 08123500763

Rabu, 04 Mei 2011

95 Kelurahan; Bergumul Dengan Pelatihan

Usaha mendorong kemandirian dan kemitraan masyarakat bersama Pemerintah Daerah dalam menanggulangi kemiskinan di perkotaan telah dilakukan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP). Karena itu dalam upaya mengedepankan peran Pemerintah Daerah pada pelaksanaan PNPM-MP diperlukan dukungan dan kerjasama dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan rencana kerja dan program, dan ini adalah salah satu implikasi dari perubahan paradigma dan kepedulian semua pihak untuk pencapaian target dan sasaran yang akan dicapai, ujar Bang Jay.
Lebih lanjut Komandan Distrik Management Keuangan wilayah Sidoarjo menjelaskan PNPM-MP berupaya menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya membangun organisasi masyarakat warga. Organisasi masyarakat yang dimaksud adalah organisasi dan lembaga yang dibangun (ataupun dimampukan) oleh masyarakat yang didorong oleh kebutuhan untuk menanggulangi persoalan bersama yaitu kemiskinan secara terorganisasi dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan di wilayah mereka misalnya BKM dan UP, Kelompok Kemitraan, UPK, KSM, Forum BKM dan UP dan lain-lain.
Lain dengan Bang Jay, "kegiatan pelatihan ini merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran kritis masyarakat akan kondisi yang dihadapi, termasuk persoalan, potensi dan peluangnya, dengan konsepsi proses pembelajaran yang mendorong kearah transformasi sosial yang berangkat dari asumsi dan keyakinan bahwa pembelajaran adalah ‘produksi’ dari proses kesadaran kritis", ujar Kang Haris Senior Faskel Tim 9 Kab. Sidoarjo. .
Data asmandat menunjukkan bahwa Pelatihan Madya I di 95 Kelurahan Kab. Sidoarjo dimulai tanggal 21 Januari s.d. 15 Februari 2009 dengan frekuensi kehadiran peserta sangat stabil. Jumlah peserta berkisar antara 48-75 peserta, selama 6 hari dimasing-masing kelurahan. Rekor terbanyak di laksanakan di Desa Jemundo Kec. Taman Kab. Sidoarjo dan semua itu tidak lepas dari ulah tangan dingin Srikandi Khoirul Uyun yang menjadi pengerak dan motivator masyarakat Jemundo dalam pelatihan ini.
Dihubungi disela-sela pelatihan Khoirul Uyun menjelaskan "bahwa semua proses pembelajaran PNPM-MP diimplementasikan pada setiap kegiatan masyarakat dengan melibatkan seluruh stakeholders yang ada. Koordinasi dengan Pemerintahan Desa, BPD, LPMD, BKM dan Unit-unitnya merupakan kebutuhan harian yang tak dapat ditinggalkan. Dan yang paling penting bagaimana seluruh masyarakat bisa bersama-sama menanggulangi persoalan kemiskinan di desa kami" ujarnya.
Dilain pihak "untuk mencapai tujuan dan memberikan manfaat kepada peserta seperti yang diharapkan, maka pelatihan madya ini menerapkan proses belajar mengajar orang dewasa dimana dalam seluruh proses peserta berperan sebagai narasumber untuk saling memperkaya pemahaman masing – masing dengan menggunakan pendekatan pendidikan kritis. Dengan menggunakan pendekatan pendidikan kritis, maka proses pembelajaran menjadi proses dialog antar pemandu dengan peserta dengan mengedepankan pendekatan partisipatif" kata Cak Ru'yat.
Lebih lanjut pria tambun ini mengatakan bahwa "dengan mengacu pada asumsi bahwa pembelajaran dalam pelatihan ini merupakan sistem yang terdiri atas beberapa unsur, (baca: masukan, proses dan keluaran/hasil) maka terdapat tiga jenis evaluasi sesuai dengan sasaran evaluasi pelatihan, yaitu evaluasi masukan, proses dan keluaran/hasil pembelajaran dalam pelatihan ini. Evaluasi masukan menekankan pada evaluasi karakteristik peserta, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana dalam pelatihan, karakteristik dan kesiapan pemandu, materi pelatihan, strategi pembelajaran pelatihan yang sesuai dengan materi pelatihan, serta keadaan lingkungan dimana pelatihan berlangsung. Sedangkan evaluasi proses pelatihan menekankan pada evalusi pengelolaan pelatihan yang dilaksanakan oleh pemandu yang meliputi keefektifan strategi pelatihan yang dilaksanakan, keefektifan media pelatihan, cara kepemanduan yang dilaksanakan, dan minat, sikap serta respon peserta pelatihan. Dan evaluasi hasil pelatihan atau evaluasi hasil belajar antara lain menggunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil pelatihan sebagai prestasi.

Adapun alat ukur yang di gunakan yaitu Pre Test dan Post Test. Evaluasi ini dimaksudkan untuk membandingkan kemampuan pemahaman peserta terhadap suatu topik, dari keadaan sebelum pelatihan dengan keadaan sesudahnya. Melalui alat ini akan terlihat, apakah ada peningkatan rata-rata, ataukah penurunan, ataukah tetap setelah dilakukan pelatihan. Untuk mengetahui tingkat penyerapan peserta akan semua topik selama proses belajar, dapat dilihat dengan memperbandingkan hasil Pre Test dan Post Test dari peserta yang bersangkutan" ujarnya ketika ditemui disela-sela pelatihan.
Kang Ivan (Askot Community Development) menjelaskan bahwa "pelatihan Madya I ini dilakukan secara cluster dan mandiri. Pelaksanaan dengan metode cluster yaitu pengabungan beberapa BKM, Relawan, dan UP-UP berdasarkan wilayah dan karakteristik masing masing wilayah, maksimal 1 kelas 48 orang. Peserta terdiri dari anggota BKM, Relawan, UP-UP. BKM terdiri dari 9-13 orang (9-13 anggota BKM, 1-4 Aparat Desa, 25 Relawan dan UP-UP BKM 3 peserta). Sedangkan metode mandiri yaitu dilakukan dimasing-masing kelurahan yang bersangkutan. Adapun pemandu adalah Tim Fasilitator yang telah mendapatkan pelatihan, apabila diperlukan maka pemandu dapat dibantu oleh narasumber dari jajaran Askot dan Korkot" ungkapnya.
Lebih lanjut Bapak berputri 4 ini menjelaskan bahwa "Pelatihan Madya ini secara garis besar telah dilakukan dalam 2 persiapan, masing-masing adalah (1) persiapan materi dan kepemanduan, serta (2) persiapan teknis penyelenggaraan oleh Tim Fasilitator dan masyarakat (BKM, Relawan Pemerintah Desa/ Kelurahan).Persiapan Materi dan kepemanduan, dilakukan ditingkat KMW, Koorkot dan Tim Fasilitator untuk mempersiapkan, mengkaji dan membedah Modul Dasar, yang merupakan modul standar dimana materinya merupakan materi standar yang diberikan dalam setiap Pelatihan. Disamping Modul Dasar, juga dipersiapkan Modul Khusus yang memuat materi – materi khusus yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam Pelatihan Madya ini.

Persiapan lain, yang tetap menjadi bagian dari persiapan materi dan kepemanduan adalah berupa Lembar Kerja, yang memuat petunjuk untuk tugas – tugas khusus yang harus diberikan kepada peserta sesuai dengan kebutuhan setiap modul. Lembar Kasus, apabila ada kasus – kasus sebagai media bantu yang digunakan untuk mempertajam analisa peserta terhadap satu pokok bahasan tertentu. Media Bantu, adalah media – media yang digunakan untuk membantu penjelasan kepada peserta, Media Bantu ini yang sudah disediakan harus ditulis dalam kertas plano oleh Pemandu dan dipersiapkan sebelum pelatihan. Bahan Bacaan, yang merupakan panduan pengetahuan mengenai topik bahasan bagi pemandu. Adapun persiapan teknis penyelenggaraan adalah, persiapan bersama antara Tim Faskel dengan masyarakat untuk menyusun kebutuhan pelatihan, merencanakan jadwal, pemandu dan segala sesuatu yang terkait dengan kegiatan pelatihan madya ini, ujar Kang Ivan sambil senyum simpul diakhir wawancara. (Red)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Galery kegiatan